Hati itu kaya makna

Nggak semua yang dirasakan itu bisa dan layak untuk diutarakan.

Hati itu kaya rasa

Sebaliknya, tidak semua yang diutarakan itu juga bisa tersampaikan dan diterjemahkan dalam hati, kecuali rasa.

Hati itu jujur

Tak Ada tawa dan duka dalam kepalsuan. Biar hati yang menentukan

Hati itu peka

Seringkali semua yang terlihat menjebak manusia dalam persepsi, terkadang dangkal.

Hati itu Dunia

Semua misteri di dunia ini mampu kita pecahkan, kecuali dalamnya hati seseorang. Manusia tercipta bukan untuk menyakiti dunia. Karena dunia ada dalam hati manusia.

Tampilkan postingan dengan label indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label indonesia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 Juli 2018

Media Sosial dan Kandidat Pemimpin Kita


Bulan juni ini menjadi bulan dimana pesta demokrasi diberbagai daerah digelar. Secara serentak beberapa  Provinsi di Indonesia mengadakan pemilihan umum untuk menentukan siapa yang akan memimpin daerahnya dalam 5 Tahun kedepan.  Jawa Tengah sendiri juga menjadi salah satu daerah yang menjadi bagian dari pesta demokrasi tersebut. Berbagai persiapan menuju perhelatan akbar itu telah digelar. Mulai dari masa sosialisasi, kampanye, debat para calon, dan masa tenang. Masing – masing pasangan juga telah sepakat untuk menjaga pesta demokrasi ini menjadi ajang yang fair, bebas kampanye hitam dan kondusif. Ini tercermin dari statement dari masing-masing pasangan yang sudah beredar di media sosal dan media cetak.

Berkaca dari pergerakan kampanye para pasangan calon, ada perbedaan yang cukup signifikan dalam pemilihan umum 1 dasawarsa ini. Sosial media, sebagai sebuah platform komunikasi digital baru dalam masyarakat mulai dimaksimalkan pemanfaatannya sebagai media kampanye dan media informasi oleh para pasangan calon dan partai pendukungnya. Berbagai citra dan konten mulai dibuat dan disebarluaskan lewat berbagai platform digital untuk menarik simpati, menyampaikan visi misi, dan juga meraih kepercayaan dari para calon pemilihnya. Para pasangan calon juga mulai mengurangi janji-janji yang berpotensi terekam dalam jejak digital yang pada akhirnya justru menjadi bomerang ketika nantinya mereka telah terpilih menjadi pemimpin di suatu daerah. Beragam macam pencapaian dibungkus sedemikian rupa untuk mempresentasikan bahwa mereka adalah orang yang layak untuk diberi suara.
Pemanfaatan sosial media sebagai media kampanye ini juga memperbesar presentase respon dari para pemilih-pemilih muda. Para pelajar dan mahasiswa dikenal sangat kritis terhadap unsur-unsur estetika dalam bersosial media. Ketika tim kampanye mampu melihat potensi itu dan kemudian bisa merumuskan konsep promosi dengan benar, hal ini menjadi kunci utama bagaimana para pasangan calon mendulang suara dari para pemilih pemula. Layaknya sebuah merek, pasangan calon juga merupakan sebuah produk yang ditawarkan. Siapapun yang mampu memetakan pasar digital dan membuat konten yang menarik untuk segmentasi pasarnya, merekalah yang akan memenangkan persaingan di dunia digital tersebut.

Janji, Realita dan Kabar Bohong

                Sekarang ini, hampir semua kandidat telah mampu mengatur sedemikian rupa mengenai citra mereka di sosial media. Ini tentunya berkat tim-tim branding yang menjadi penyokong setiap tampilan yang ingin disampaikan kepada netizen. Namun, problematika selanjutnya yang dihadapi oleh Badan Pengawas Pemilu dan KPU adalah mengenai regulasi dan tata cara bersosial media dalam kaitannya dengan kampanye dunia maya. Seperti diketahui bahwa media sosial tidak termasuk produk pers, karena itu mereka yang terlibat dalam pemanfaatan transaksi informasi tidak terikat dengan Undang-Undang No 40/1999 tentang Pers.
Komisi Pemilihan Umum sendiri melalui Peraturan KPU Nomor 4/2017 tentang Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, membatasi akun resmi setiap pasangan paling banyak lima akun. Regulasi yang sama juga mengatur isi atau konten kampanye di media sosial. Namun apakah itu cukup untuk mengontrol kebohongan –kebohongan yang timbul dalam hitungan detik di sosial media? Apakah ini mampu untuk meredam janji dan realita yang dipelintir secara konteks oleh lawan politik untuk mendongkrak simpatik?. Faktanya, salah satu kelemahan dari media sosial adalah, ketika sesuatu propaganda telah dirilis, tidak ada kekuatan sebesar apapun yang mampu untuk meralat atau mengubah pengaruh dari  berita tersebut, sekalipun klarifikasi telah dilakukan oleh sang penyebar konten. Lalu, bagaimana solusinya?

Keterlibatan Sosial Media Analysist
Salah satu solusi alternatif adalah dengan membangun jaringan sosial media di seluruh instansi pengawas pemilu. Mulai dari kecamatan hingga ke pusat jaringan ini saling terintegrasi demi tercapainya kesamaan dan kesataraan bobot informasi. Pembangunan saluran ini dimulai dengan aktivasi dari konten – konten edukasi seputaran pemilu. Edukasi ini tidak hanya berupa aturan-aturan terkait regulasi, namun juga dengan membuat konten untuk membangun mental melakukan pencarian lebih lanjut sebelum menerima setiap ide yang dilontarkan di sosial media.
Penekanan terhadap adanya Undang-Undang No 19/2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juga dapat dijadikan bahan kampanye oleh Badan Pengawas Pemilu dan Komisi Pemilihan Umum. Harapannya adalah, para pengguna media sosial memahami konsekuensi yang akan dihadapi ketika mereka menjadi bagian dari gerbong hoax tersebut. Namun itu saja tidaklah cukup. Ditengah terbuka lebarnya informasi di dunia digital ini, pendekatan “moral sense” menjadi salah satu jawaban untuk mencegah kabar bohong tersebar luas, yang justru menciderai pesta demokrasi tersebut.
Alternatif lain yang bisa dilakukan adalah dengan bekerja sama dengan akun-akun publik yang bertumbuh dimasing-masing kota. Seperti kita ketahui bahwa ditiap-tiap kota bertumbuh akun-akun layanan informasi yang dikelola oleh individu-individu. Dengan menjalin hubungan dan kerjasama dengan mereka, KPU dan Bawaslu akan lebih mudah untuk memantau dan berkoordinasi ketika dikemudian hari berkembang isu/kabar bohong yang bertujuan untuk saling menjatuhkan kandidat.
Pada akhirnya, mengutip quote dari Romo Prof. Dr. Frans Magnis Suseno SJ, bahwa pemilu itu bukan untuk memilih yang terbaik, tetapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa.
 .
Henry Casandra Gultom / @nandagoeltom
Staf Pengajar Universitas PGRI Semarang

Sabtu, 03 Februari 2018


Aku Bukan Pilihan. Aku Memilih.


Ketika bertemu mahasiswa, banyak yang bertanya mengenai pilihan konsentrasiku ketika kuliah dulu. Mereka merasa bahwa aku salah penjurusan. Seharusnya aku lebih pantas jadi dosen seni musik, dibandingkan menjadi pengajar marketing dan microeconomics. Sekilas, apa yang mereka sampaikan itu tentu tidak salah, mengingat aktivitasku yang cukup intens dengan dunia tarik suara dan trumpet.

Namun, aku bukan penganut itu, Mono choice. Bagiku, manusia berhak untuk mencari tahu dan menemukan apa yang menjadi passionnya. Apa yang membahagiakan hidupnya. Dunia Manajerial, brand dan Jazz merupakan kolaborasi yang unik dalam hidupku. Ranah tradisi dan kebermanfaatan bagi masyarakat juga menambah warna dalam perjalanannya.

Pesanku buat kalian yang sedang kuliah, ini saat yang tepat untukmu menggali potensi diri. Temukan apa yang menjadikan hari-harimu lebih bahagia. Kembangkanlah apa yang menjadi kerangka penyangga binar-binar yang menghiasi benakmu. Dan, kombinasikanlah dengan keilmuan yang sedang kamu pelajari sekarang. Niscaya, akan ditemukan sebuah kombinasi yang unik, yang pada akhirnya membuatmu menjadi pribadi yang unggul dan berjati diri.

#dosen #dosenupgris #upgris #manajemenupgris #universitaspgrisemarang #semarang #indonesia #trumpet #vocal #bachbrass #bachstradivarius #shure #shuresh55 #monettemouthpiece #absurdnation #passion #jazz #NDGLTM

Jumat, 02 Februari 2018

Sudjiwo Tedjo x Nanda Goeltom




Sujiwotejo x Nanda Goeltom


Seumur-umur kenal, aku ndakpernah punya foto yang mainstream berdua bareng doi. Yang ada hanyalah foto aksi panggung, foto rame-rame, dan foto-foto rembugan komposisi seperti saat ini terjadi. Berkali-kali main bareng, hampir semua komposisi baru diobrolin 10 menit sebelum perform. Kadang diatas panggung malah. Untung maqom edan ku weis meningkat, aku jadi sudah bisa menyesuaikan. Walaupun tak jarang, aku jadi biang kerusuhannya. Maklumlah, aku masih pemain trumpet kelas RT RW.



Semalam hadir di Tingkir, untuk berkolaborasi dalam pagelaran wayang di Ulang tahun Kidung Syafaat, Salatiga. Saya didawuh untuk mengilustrasikan bima yang sedang menunggu wangsit dalam pertapaaannya. Sangkaka langit menyeruak mewarnai keheningan itu. Namun, sebelum mulai, Ada pertanyaan sederhana kang Tejo yang lumayan menohok. "Nda, kowe ngerti wayang bimo kui sing ngendi toh?"


Aku paham, mungkin karena beliau tau aku memang bukan orang jawa. Namun, aku nyaris tak siap dengan pertanyaan atau mungkin sindiran itu. Dan meluncurlah spesies-spesies hewan yang akrab di telingaku. Beliau tekekeh-kekeh mendengarnya. Kowe pancen nganu ya mbah. Jos pokokmen.

#trumpet #jazz #ilustrasi #wayang #sujiwotejo #kidungsyafaat #salatiga #semarang #indonesia #kolaborasi #dosenupgris #NDGLTM


 
Aku disini, Bicaralah.

Aku disini. Bicaralah. Ketika itu membuatmu tenang. Ketika itu membuatmu bahagia. Ketika itu melepaskan semua jerat yang membelenggu rasa.

Aku bahkan tak mampu memilih. Luka-luka itu terlalu membahagiakan untuk ditangisi. Deras sungai bahkan tak mampu menghanyutkan air mata. Hembusan angin tak lagi mampu menggerakkan raga. Aku disini. Bicaralah.

Ruang ini terkadang menjadikan kita saling terka. Ruang ini seharusnya mendamaikan kita dalam setiap waktu yang terpasung oleh kasta. Mari menyapa dalam mimpi, mari berkabar lewat hati. Aku disini. Bicaralah.

Aku disini, Bicaralah.

14 Januari 2018.
Nanda Goeltom.

  

Kamis, 01 Februari 2018

Surat Untuk Mama




Palembang, 21 Januari 2018

Assalamualaikum, Ma.

Hari ini, adalah malam ke-7 dalam hidupku tanpa seorang ibu. Alhamdulillah, sejauh ini aku mampu melewatinya, walau tak jarang, senyum yang tampak, hanyalah pemanis untuk menutupi genangan yang nyaris tumpah berserakan. Sebagai seorang pria dan anak sulung, sudah sewajarnya aku harus tetap tegar ditengah badai yang terus melanda perasaan.

Ibu saya sehat. Sangat sehat malahan. Beliau meninggalkan kami Senin sore kemarin pada usia 63 tahun dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Semuanya begitu cepat. Terlalu cepat bahkan menurutku. Dengan senyum beliau yang masih tersungging di bibirnya, aku yakin dan percaya bahwa inilah cara terbaik beliau untuk mengucapkan selamat tinggal pada orang-orang dicintainya. Kami tak melihatnya dalam keadaan sakit. Pada Senin pagi bahkan mama masih sempat berkunjung ke tempat kerjanya, bersenda gurau dengan rekan-rekan semasa kerjanya. Pada siang harinya beliau juga masih sempet ngobrol-ngobrol dengan rekan pengajiannya.

Ibu saya ini merupakan sosok yang tangguh, pekerja keras, sederhana, dan teladan bagi saya, keluarga, anak-anak angkat beliau, dan seluruh orang yang pernah kenal dengannya. Ibuku tak pernah mengeluh, walau kadang hatinya ada diujung peluh. Ibu tak pernah marah, ketika kami lupa menanyakan kabar padanya. Ibu tak pernah meminta, walau tak jarang kami memaksa. Ibu selalu bilang, " mama masih ada kog, tenang aja nak". Pagi ini saya membuka kulkas dan mendapati tumpukan masakan beku yang sudah disiapkan beliau. Ya, beliau hari Minggu ini sebenarnya berencana mengirim makanan ke Semarang. Ibu paham betul bagaimana membahagiakan anak dan cucunya.

Ibuku sekarang sudah pulang. Ibuku sekarang sudah tenang. Aku hanya mampu berharap senyum terakhir yang kulihat diwajahnya merupakan perlambangan dari kebahagiaannya dalam menempuh dunia yang baru. Maafkan Nanda, Ma. Maafkan saya yang sampai hari ini bahkan belum mampu sedikitpun membuatmu bahagia. Maafkan saya atas semua janji yang belum tertepati pada mama. Maafkan saya yang tak bisa mendampingimu ketika saat berpulang itu tiba.

Maafkan saya yah, Ma Rosliana Pohan . Mama wanita terbaik yang mengajarkanku tentang hidup. Bahagia disana ya, Ma. Saya rindu.
#suratuntukmama

Selasa, 08 September 2015

Pulang

Manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan diri sendiri. Ini menjadi bekal awal yang sebenarnya tidak disadari. Kemampuan ini akan muncul disaat-saat tertentu. Bahasa kerennya The power of Kepepet.  Sayangnya, manusia menganggap ini bukan bagian dari munajat Tuhan dan tidak berusaha dikembangkan. Saya tidak akan berbicara mengenai keajaiban. Saya hanya berusaha menterjemahkan hidup dalam perspektif yang lebih luas.

Seperti biasa saya nangkring di tokoku, ND Pendent. Toko ini menyediakan ban dan velg mobil, baik baru maupun bekas.  Terobosan berbau ngasal yang dirintis dari jaman kuliah ini genap berusia 6 tahun. Hasilnya lumayan. Membiayai kuliahku sampai pasca sarjana. Di Bulan Ramadhan ini, menghabiskan waktu  disana melupakan salah satu solusi terbaik untuk menunggu waktu berbuka puasa. Dari sisi ibadah, godaan  dalam menjalankan ibadah juga minim.

Hari ini berjalan dengan  baik. Baiknya untuk istirahat saja, maksud saya. Panasnya menguapkan semua. Baik cairan didalam tubuh, maupun kadar kecerdasaan yang saya miliki. Diawal bulan puasa ini, dunia variasi otomotif cenderung lesu. Beruntunglah, Ada beberapa pelanggan yang mampir. Disitu cobaan datang. Bekerja dilapangan itu memang penuh tantangan. Kita dituntut untuk mampu menakar kadar tenaga dengan kondisi cuaca, disisi lain juga harus mampu mengatur energi sampai waktu buka tiba.  Cilakanya, kadar moodku juga ikut menguap.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 lebih. Saatnya aku bersiap dan bergegas pulang. Keluarga tercinta pun sudah mengabarkan bahwa mereka sudah menyiapkan hidangan istimewa untuk buka puasa hari ini. Menarik. Kupersiapkan energi dan charger terbaik untuk menemani 30 menit perjalanan pulang. Yak, sepasang headset dan pemutar mp3 dari smartphone usang. Layaknya penyiar radio, kusiapkan playlist  berisi 8 lagu untuk berkaraoke di udara.  Deta, si  Motor tua ini pun segera melaju ditengah ramainya lalu lintas.

Sore yang padat. Semua orang sepertinya sedang berlomba untuk memacu kendaraannya demi menembus waktu. Harapannya, bisa berbuka puasa dengan tepat waktu dirumahnya masing-masing. Demikian pula diriku, dahaga ini terasa semakin mempersempit aliran darah ke kepala. Mata mulai terasa perih akibat lautan karbon monoksida bercampur debu. Entah mengapa, semakin berusaha untuk menemukan jalan pintas disela-sela antrian truk dan bus, disitu pula aku mengalami stagnansi. Alih-alih memperbaiki mood, pilihan lagu yang berputar ikut mendukung suasana chaos itu. Double time swing ini membuatku semakin menggila.

Sepertinya alam tau, bahwa dalam beberapa menit kedepan, aku akan mencapai boiling point.  Titik Didih. Dan, kado itu datang. Titik didihku hadir lebih cepat. Ditengah kemacetan itu aku bersebelahan dengan sesosok wanita. Lebih tepatnya ibu-ibu.  Bertubuh gemuk dan berkulit sawo matang, menggunakan motor matic, dan membonceng dua keranjang dibelakangnya. Saya nyaris mengiranya gila karena mendengar dia seperti sedang bicara dengan dunianya sendiri. Jangankan suara di headsetku, Raungan knalpot motorku pun sepertinya ditelan mentah-mentah oleh lantangnya suara wanita ini. Aku memutuskan untuk mengamati absurdnitasnya lebih jauh.

Kami belum bergerak. Observasiku mencapai hipotesisnya. Tebakan pertamaku, dia adalah seorang wanita yang menghabiskan waktunya untuk berjualan dipasar tradisional. Ini diperkuat dari dua keranjang yang dia boceng dibelakangnya. Hipotesis ini diperlemah karena motor yang dia gunakan terlalu bersih untuk bersinggungan dengan dunia perbecekan. Tebakan keduaku, dia adalah seorang sales keliling. Selain keranjang, beberapa kardus didalam keranjangnya menguatkan dugaan ini . Namun, terlepas dari hipotesis-hipotesis yang muncul tadi, ada sebuah pertanyaan besar yang muncul dibenakku.  Apakah dia lupa bahwa seharusnya dia sudah pulang dari tadi dan menyiapkan menu berbuka untuk keluarga tercinta.

Fokusku terpaku pada perilaku ibu ini. Terkadang suaranya melengking dan membuat semua pengendara motor yang ada disekitarnya menoleh. Terkadang dia  bersuara konstan. Seperti berbicara tapi berirama. Aku menyimpulkan kalo dia sedang bernyanyi, Dan konsisten falesnya. Aku merasa hari ini adalah hari paling bahagia yang dia alami. Sorotan-sorotan tajam dari pengendara sekitar akibat suara-suara rancunya ditanggapi dengan senyuman. Keheranan dan hiruk pikuk semua pengendara dijalan yang macet sore itu seolah menambah kegembiraan yang sedang dia hadapi. Ibu ini fana..

Kemacetan pun berangsur-angsur terurai. Walau demikian, keinginan untuk berbuka puasa dirumah sudah kuikhlaskan. Azan telah berkumandang. Tapi kepalang tanggung, walau Para penjaja es buah dan kolak terus menggoda, mengajak untuk berbuka bersama.  Sekitar 15 menit tambahan waktu perjalanan pulang ini kunikmati sambil melihat muda-mudi menenggak es kelapa muda. Berusaha mensuggesti  rasa walau dengan menelan ludah sendiri.  Mas Aditya Sofyan mulai memainkan dawai gitarnya dan bernyanyi parau. Gaze. Tiba-tiba ingatanku kembali kepada sosok ibu gemuk dan energik tadi. Aku tiba-tiba takut. Jangan-jangan suara yang dilantunkannya dalam bentuk nyanyian tadi adalah mantera-mantera agar semua  orang dalam radius 3 meter disekitarnya kena pelet!. 

Jujur, Aku terharu dengan semangat hidupnya. Bagaimana dia mentransformasi semua energi negatif yang ada disekitarnya menjadi elemen-elemen positif. Aku sendiri tidak memungkiri bahwa selepas pertemuan tadi aku merasa lebih tenang walau harus menahan 15 menit lebih lama untuk berbuka. Entah bagaimana, semua kejengkelan tadi sirna. Aku merasa malu. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, aku hampir yakin bahwa apa yang dia dapatkan mungkin tidak sebanding dengan perjuangan yang dilakukan. Belum lagi, tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu bagi keluarganya. Tentunya ini akan menyedot banyak energi dan materi. Disisi lain,dengan dia memilih profesi sebagai pedagang/sales, tentunya dia akan terbebani dengan target penjualan. Apalagi di Semarang, kondisi transaksi perekenomian sedang cenderung lesu. Aku yakin pasti sang ibu tetap memikirkan hal tersebut. Namun, sepertinya dia melarung semua dogma itu, jauh sebelum dia bertolak pulang. Beliau menyiapkan kado terbaik untuk bertemu keluarganya. Kado itu bernama kegembiraan. Ibu ini membuka katup berfikirku. Menalanjangi sisi-sisi negatif yang seharusnya tidak perlu aku gubris. Ibu gendut ini mengajarkan keindahan yang sebenarnya. Kesederhanaan dalam membangun komposisi kebahagiaan.  Kesadaran untuk menjadi bernilai bagi orang-orang yang ada disekitarnya. Sang ibu sudah menunjukkan kepadaku  format lain dari kehidupan.  Bagaimana (seharusnya) manusia mampu mengedepankan rasa syukur untuk memandu jalan pulang.

Senin, 03 Februari 2014

Senja dan Kamu

S E N J A

Salah satu hal yang selalu aku rindukan disetiap hari selain matahari terbit, adalah ketika matahari hendak berpindah ke sisi dunia yang berbeda. Yap, kita sering menyebutnya senja. walau ini bukanlah sebuah ungkapan yang tepat. Sebenarnya, tiada yang terlalu spesial dengan senja. Ketika umurmu 30 tahun, setidaknya selama 20 tahun hidupmu dipertemukan dengan senja. 365 hari x 20 =  7300 hari kemungkinan dimana kamu melewatkan sore harimu bersua dengan senja. Sesuatu yang sederhana, namun pada beberapa moment tertentu kaya akan makna.


Saya sendiri bingung mendeskripsikan perasaan ini. Namun, saya tidak dapat berbohong untuk tidak mengatakan bahwa senja itu anugerah. Kado istimewa dari Tuhan untuk umatnya yang selalu peduli dan memperhatikan lingkungannya. Persembahan sederhana penguasa jagat raya untuk semua mahluk yang percaya bahwa heterogenitas menjadi awal dari keserasian. Potongan kecil dari Surga, untuk mereka yang menghargai perbedaan.
 Perlukan kita membicarakannya dari segi tehnis? Jujur, saya takut kualat karena ini terjadi karena tangan-tangan ajaib Ilahi. Senja ada ketika matahari mulai turun dan menuju ufuk barat, masa dimana terbenamnya matahari. Senja sendiri didefinisikan menjadi 3 bagian.
1. Senja Sipil. 6 derajat dibawah cakrawala di malam hari. Beberapa planet dan bintang terlihat dengan mata telanjang.
2. Senja Nautikal. 12 derajat dibawah cakrawala dimalam hari. benda dan cakrawala tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
3. Senja Astronomi. 18 derajat dibawah cakrawala dimalam hari. Matahari tak menerangi langit, dan tak lagi bertentangan dengan pandangan astronomis.
Senja berbeda dengan terbenamnya matahari. (sumber : Wikipedia)
Gimana? cukup pusing dan tetap tidak bisa mendefinisikan sesuai perasaanmu kan? Yapp, itulah manusia. kita cuma bisa merencanakan, tapi yang Kuasa yg berhak memutuskan.

Capek kalo harus ngomongin tehnis. Sering sekali akhirnya kita terjebak pada sesuatu yang jauh dari esensinya. Senja terlalu indah untuk didefinisikan. Bahkan oleh sastrawan sekelas Pramoedya Ananta Toer pun takkan pernah sanggup untuk memberikan definisi yang menyeluruh tentang senja. Momen ini sering datang tanpa diduga, dan terkadang justru semacam cinderamata ketika hati sedang bergejolak. Mata semacam mendapatkan pasangan abadinya. Mendadak ada harmoni fana yang terngiang ditelinga. Getaran demi getaran merasuk dalam hati, lalu mengintervensi jantung dan mendistribusikan emosi keseluruh tubuh. Tidak perlu ada kata, hanya makna yang bergeliat untuk saling memenuhi tanda tanya dalam raga. Hembusan nafas pun beradu dengan setiap sekresi yang melintasi pori-pori. Luar biasa, bahkan itu baru sebuah phrase dari saya, dan masih ada 200 juta manusia yang tentunya memiliki definisi yang takkan pernah sama.

Keindahan itu bisa datang dalam kondisi apapun.
Keindahan tidak pernah memandang kondisi karena dia akan senantiasa hadir sebagai perwujudan kasih sayang alam terhadap manusia yang terkadang lupa akan kekekalan semesta.
Senja bak harmoni, atau kita yang menganggapnya harmoni.
Senja sesederhana mencintai, dibutuhkan sebuah alasan yang kuat yang menyatakan bahwa kita tidak punya alasan apapun untuk cinta.
Ornamen-ornamen ini punya warna masing-masing. Mereka semuanya indah, Namun, ketika mereka semua menjadi satu dalam senja, mereka sempurna.
Bukan bagaimana senja itu datang, tapi bagaimana dia menjadi inspirasi ditengah galaunya galaksi dalam bereaksi.

Terserahlah orang mau bilang bahwa senja itu berbeda dengan matahari terbenam. apapun itu, senja adalah anugerah terindah yang pernah saya terima. Mungkin banyak senja-senja lain yang lebih indah, tapi kamu satu, senja yang sempurna. senja yang sengaja ditunjukkan dan dihadiahkan Tuhan buat saya.


NB : Semua foto ini diambil dari twitter pada 25 desember 2013. foto-foto ini diunggah oleh Afgansyah Reza, Agnes Monica, Adib Hidayat, Motuls, Dhipa Barus, dan Bernard. Terimakasih atas semua foto yang menginspirasi.







 
bloggerlift elevator terbaik Kontraktor Pameranartsitektur