Palembang, 21 Januari 2018
Assalamualaikum, Ma.
Hari ini, adalah malam ke-7 dalam
hidupku tanpa seorang ibu. Alhamdulillah, sejauh ini aku mampu melewatinya,
walau tak jarang, senyum yang tampak, hanyalah pemanis untuk menutupi genangan
yang nyaris tumpah berserakan. Sebagai seorang pria dan anak sulung, sudah
sewajarnya aku harus tetap tegar ditengah badai yang terus melanda perasaan.
Ibu saya sehat. Sangat sehat
malahan. Beliau meninggalkan kami Senin sore kemarin pada usia 63 tahun dalam
sebuah kecelakaan lalu lintas. Semuanya begitu cepat. Terlalu cepat bahkan
menurutku. Dengan senyum beliau yang masih tersungging di bibirnya, aku yakin
dan percaya bahwa inilah cara terbaik beliau untuk mengucapkan selamat tinggal
pada orang-orang dicintainya. Kami tak melihatnya dalam keadaan sakit. Pada
Senin pagi bahkan mama masih sempat berkunjung ke tempat kerjanya, bersenda
gurau dengan rekan-rekan semasa kerjanya. Pada siang harinya beliau juga masih
sempet ngobrol-ngobrol dengan rekan pengajiannya.
Ibu saya ini merupakan sosok yang
tangguh, pekerja keras, sederhana, dan teladan bagi saya, keluarga, anak-anak
angkat beliau, dan seluruh orang yang pernah kenal dengannya. Ibuku tak pernah
mengeluh, walau kadang hatinya ada diujung peluh. Ibu tak pernah marah, ketika
kami lupa menanyakan kabar padanya. Ibu tak pernah meminta, walau tak jarang
kami memaksa. Ibu selalu bilang, " mama masih ada kog, tenang aja
nak". Pagi ini saya membuka kulkas dan mendapati tumpukan masakan beku
yang sudah disiapkan beliau. Ya, beliau hari Minggu ini sebenarnya berencana
mengirim makanan ke Semarang. Ibu paham betul bagaimana membahagiakan anak dan
cucunya.
Ibuku sekarang sudah pulang. Ibuku
sekarang sudah tenang. Aku hanya mampu berharap senyum terakhir yang kulihat
diwajahnya merupakan perlambangan dari kebahagiaannya dalam menempuh dunia yang
baru. Maafkan Nanda, Ma. Maafkan saya yang sampai hari ini bahkan belum mampu
sedikitpun membuatmu bahagia. Maafkan saya atas semua janji yang belum
tertepati pada mama. Maafkan saya yang tak bisa mendampingimu ketika saat
berpulang itu tiba.
Maafkan saya yah, Ma Rosliana Pohan
. Mama wanita terbaik yang mengajarkanku tentang hidup. Bahagia disana ya, Ma.
Saya rindu.
#suratuntukmama
0 komentar:
Posting Komentar