Hati itu kaya makna

Nggak semua yang dirasakan itu bisa dan layak untuk diutarakan.

Hati itu kaya rasa

Sebaliknya, tidak semua yang diutarakan itu juga bisa tersampaikan dan diterjemahkan dalam hati, kecuali rasa.

Hati itu jujur

Tak Ada tawa dan duka dalam kepalsuan. Biar hati yang menentukan

Hati itu peka

Seringkali semua yang terlihat menjebak manusia dalam persepsi, terkadang dangkal.

Hati itu Dunia

Semua misteri di dunia ini mampu kita pecahkan, kecuali dalamnya hati seseorang. Manusia tercipta bukan untuk menyakiti dunia. Karena dunia ada dalam hati manusia.

Selasa, 08 September 2015

Pulang

Manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan diri sendiri. Ini menjadi bekal awal yang sebenarnya tidak disadari. Kemampuan ini akan muncul disaat-saat tertentu. Bahasa kerennya The power of Kepepet.  Sayangnya, manusia menganggap ini bukan bagian dari munajat Tuhan dan tidak berusaha dikembangkan. Saya tidak akan berbicara mengenai keajaiban. Saya hanya berusaha menterjemahkan hidup dalam perspektif yang lebih luas.

Seperti biasa saya nangkring di tokoku, ND Pendent. Toko ini menyediakan ban dan velg mobil, baik baru maupun bekas.  Terobosan berbau ngasal yang dirintis dari jaman kuliah ini genap berusia 6 tahun. Hasilnya lumayan. Membiayai kuliahku sampai pasca sarjana. Di Bulan Ramadhan ini, menghabiskan waktu  disana melupakan salah satu solusi terbaik untuk menunggu waktu berbuka puasa. Dari sisi ibadah, godaan  dalam menjalankan ibadah juga minim.

Hari ini berjalan dengan  baik. Baiknya untuk istirahat saja, maksud saya. Panasnya menguapkan semua. Baik cairan didalam tubuh, maupun kadar kecerdasaan yang saya miliki. Diawal bulan puasa ini, dunia variasi otomotif cenderung lesu. Beruntunglah, Ada beberapa pelanggan yang mampir. Disitu cobaan datang. Bekerja dilapangan itu memang penuh tantangan. Kita dituntut untuk mampu menakar kadar tenaga dengan kondisi cuaca, disisi lain juga harus mampu mengatur energi sampai waktu buka tiba.  Cilakanya, kadar moodku juga ikut menguap.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 lebih. Saatnya aku bersiap dan bergegas pulang. Keluarga tercinta pun sudah mengabarkan bahwa mereka sudah menyiapkan hidangan istimewa untuk buka puasa hari ini. Menarik. Kupersiapkan energi dan charger terbaik untuk menemani 30 menit perjalanan pulang. Yak, sepasang headset dan pemutar mp3 dari smartphone usang. Layaknya penyiar radio, kusiapkan playlist  berisi 8 lagu untuk berkaraoke di udara.  Deta, si  Motor tua ini pun segera melaju ditengah ramainya lalu lintas.

Sore yang padat. Semua orang sepertinya sedang berlomba untuk memacu kendaraannya demi menembus waktu. Harapannya, bisa berbuka puasa dengan tepat waktu dirumahnya masing-masing. Demikian pula diriku, dahaga ini terasa semakin mempersempit aliran darah ke kepala. Mata mulai terasa perih akibat lautan karbon monoksida bercampur debu. Entah mengapa, semakin berusaha untuk menemukan jalan pintas disela-sela antrian truk dan bus, disitu pula aku mengalami stagnansi. Alih-alih memperbaiki mood, pilihan lagu yang berputar ikut mendukung suasana chaos itu. Double time swing ini membuatku semakin menggila.

Sepertinya alam tau, bahwa dalam beberapa menit kedepan, aku akan mencapai boiling point.  Titik Didih. Dan, kado itu datang. Titik didihku hadir lebih cepat. Ditengah kemacetan itu aku bersebelahan dengan sesosok wanita. Lebih tepatnya ibu-ibu.  Bertubuh gemuk dan berkulit sawo matang, menggunakan motor matic, dan membonceng dua keranjang dibelakangnya. Saya nyaris mengiranya gila karena mendengar dia seperti sedang bicara dengan dunianya sendiri. Jangankan suara di headsetku, Raungan knalpot motorku pun sepertinya ditelan mentah-mentah oleh lantangnya suara wanita ini. Aku memutuskan untuk mengamati absurdnitasnya lebih jauh.

Kami belum bergerak. Observasiku mencapai hipotesisnya. Tebakan pertamaku, dia adalah seorang wanita yang menghabiskan waktunya untuk berjualan dipasar tradisional. Ini diperkuat dari dua keranjang yang dia boceng dibelakangnya. Hipotesis ini diperlemah karena motor yang dia gunakan terlalu bersih untuk bersinggungan dengan dunia perbecekan. Tebakan keduaku, dia adalah seorang sales keliling. Selain keranjang, beberapa kardus didalam keranjangnya menguatkan dugaan ini . Namun, terlepas dari hipotesis-hipotesis yang muncul tadi, ada sebuah pertanyaan besar yang muncul dibenakku.  Apakah dia lupa bahwa seharusnya dia sudah pulang dari tadi dan menyiapkan menu berbuka untuk keluarga tercinta.

Fokusku terpaku pada perilaku ibu ini. Terkadang suaranya melengking dan membuat semua pengendara motor yang ada disekitarnya menoleh. Terkadang dia  bersuara konstan. Seperti berbicara tapi berirama. Aku menyimpulkan kalo dia sedang bernyanyi, Dan konsisten falesnya. Aku merasa hari ini adalah hari paling bahagia yang dia alami. Sorotan-sorotan tajam dari pengendara sekitar akibat suara-suara rancunya ditanggapi dengan senyuman. Keheranan dan hiruk pikuk semua pengendara dijalan yang macet sore itu seolah menambah kegembiraan yang sedang dia hadapi. Ibu ini fana..

Kemacetan pun berangsur-angsur terurai. Walau demikian, keinginan untuk berbuka puasa dirumah sudah kuikhlaskan. Azan telah berkumandang. Tapi kepalang tanggung, walau Para penjaja es buah dan kolak terus menggoda, mengajak untuk berbuka bersama.  Sekitar 15 menit tambahan waktu perjalanan pulang ini kunikmati sambil melihat muda-mudi menenggak es kelapa muda. Berusaha mensuggesti  rasa walau dengan menelan ludah sendiri.  Mas Aditya Sofyan mulai memainkan dawai gitarnya dan bernyanyi parau. Gaze. Tiba-tiba ingatanku kembali kepada sosok ibu gemuk dan energik tadi. Aku tiba-tiba takut. Jangan-jangan suara yang dilantunkannya dalam bentuk nyanyian tadi adalah mantera-mantera agar semua  orang dalam radius 3 meter disekitarnya kena pelet!. 

Jujur, Aku terharu dengan semangat hidupnya. Bagaimana dia mentransformasi semua energi negatif yang ada disekitarnya menjadi elemen-elemen positif. Aku sendiri tidak memungkiri bahwa selepas pertemuan tadi aku merasa lebih tenang walau harus menahan 15 menit lebih lama untuk berbuka. Entah bagaimana, semua kejengkelan tadi sirna. Aku merasa malu. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, aku hampir yakin bahwa apa yang dia dapatkan mungkin tidak sebanding dengan perjuangan yang dilakukan. Belum lagi, tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu bagi keluarganya. Tentunya ini akan menyedot banyak energi dan materi. Disisi lain,dengan dia memilih profesi sebagai pedagang/sales, tentunya dia akan terbebani dengan target penjualan. Apalagi di Semarang, kondisi transaksi perekenomian sedang cenderung lesu. Aku yakin pasti sang ibu tetap memikirkan hal tersebut. Namun, sepertinya dia melarung semua dogma itu, jauh sebelum dia bertolak pulang. Beliau menyiapkan kado terbaik untuk bertemu keluarganya. Kado itu bernama kegembiraan. Ibu ini membuka katup berfikirku. Menalanjangi sisi-sisi negatif yang seharusnya tidak perlu aku gubris. Ibu gendut ini mengajarkan keindahan yang sebenarnya. Kesederhanaan dalam membangun komposisi kebahagiaan.  Kesadaran untuk menjadi bernilai bagi orang-orang yang ada disekitarnya. Sang ibu sudah menunjukkan kepadaku  format lain dari kehidupan.  Bagaimana (seharusnya) manusia mampu mengedepankan rasa syukur untuk memandu jalan pulang.

 
bloggerlift elevator terbaik Kontraktor Pameranartsitektur