Senin, 25 November 2013

Titik Balik Persepsi

Pagii...

Barusan beres latian bareng AbsurdNation. Seperti biasa, nongkrong2 nggak jelas di Tungdeblang bersama para sahabat. Indahnya berkeluarga. Banyak tawa di setiap pemaknaan kata-kata.
Lalu kemudian tergelitik untuk kembali menulis, beberapa hal yang sering terlintas namun jarang untuk mampu segera ditorehkan dalam paragraf. Mumpung niat *Padahal bingung sendiri*.

Kemarin sempat ngobrol dengan beberapa sahabatku yang lain, mengenai konsep berfikir. Yang kemudian pada intinya lari kepada konsep dalam berkehidupan. beberapa sahabat mengungkapkan kegelisahan mereka.
Mereka merasa sering terjebak dalam rutinitas. Awalnya sih mereka menikmati, namun lama kelamaan mereka merasa bahwa mereka sudah gak mampu mengontrol itu lagi ( Rutinitas ). di permulaan dalam memutuskan pilihan hidupnya, sahabat-sahabatku ini merasa aneh ketika harus melakukan kegiatan yang sifatnya gak "umum", seperti menjadi musisi, wiraswasta, seniman, pemahat, dan lainnya. Mereka berfikiran bahwa itu adalah kegiatan-kegiatan tak bermasa depan. Selain itu, kegiatan tersebut dipandang sebelah mata oleh para kaum hawa, apalagi kaum "calon mertua".  Pemikiran yang menyedihkan sih, menurutku.
Lama terdiam setelah menulis kalimat terakhir diatas. hehe.. pernah mengalami atau mungkin sering  menghadapi kondisi demikian, sampe sekarang.
Lalu kemudian para sahabat melakukan aktivitas yg umumnya dilakukan oleh temen sabayanya. Bekerja kantoran. ya, sebuah pekerjaan yang selalu dipandang aman karena berangkat pagi, seragam serta fasilitas kantor yg dipandang wah. Dan mereka berusaha menikmatinya, berusaha larut didalamnya. Dalam kurun waktu beberapa bulan, mereka datang kembali menemuiku. menceritakan tentang hal-hal yang menggiurkan. Gaji, fasilitas kantor, dan segala macam glamour yang mereka dapatkan didunianya. Aku tersenyum bahagia, memberi semangat.

Setahun berlalu, mereka kembali. kali ini dengan cerita yg berbeda. semua hal yag disampaikan dulu sirna 180 derajat. kebahagiaan yang dulu berganti menjadi umpatan serta cacian. tak ada lagi isu soal gaji, semua berganti jadi sangsi. tak ada liburan, semua berganti lemburan. tak ada lagi kehidupan glamour, semua berganti menjadi nominal tagihan. aku tetap tersenyum, dan terus memberi semangat.

saya terkadang kurang paham, kehidupan apa yang sebenarnya mereka cari. Hartakah, tahtakah, atau sebatas hura-hura bareng kaum hawa?
Menurutku Sebenarnya semua diawali dari proses mensyukuri apa yang sudah dianugerahkan, dan kemudian berusaha memaksimalkan dengan daya yang ada. Memulai dengan niat, dan mengakhirinya dengan evaluasi diri. Kalo memang rezeki, nggak akan kemana mana kog.
Agak aneh statement diatas, ketika dikaitkan dengan konsep berfikir bisnis. Cuma dengan bersyukur, menjadi satu-satunya cara agar kita tetap bisa fokus dalam apa yang sudah kita putuskan.

Udahan ahh, ngantuknya udah mau ilang. berbahaya. Sampai ketemu secepatnya :))

0 komentar:

Posting Komentar

 
bloggerlift elevator terbaik Kontraktor Pameranartsitektur